Sabtu, 11 Juli 2015

[076] Al Insaan Ayat 003

««•»»
Surah Al Insaan 3

إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا
««•»»
innaa hadaynaahu alssabiila immaa syaakiran wa-immaa kafuuraan
««•»»
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
««•»»
Indeed We have guided him to the way, be he grateful or ungrateful.
««•»»

Ayat ini menerangkan bahwa sesungguhnya Allah, telah menunjuki ke jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.

Maka dengan bimbingan wahyu-Nya yang disampaikan lewat Nabi Muhammad SAW manusia telah ditunjuki jalan yang lurus dan mana pula jalan yang sesat Allah menunjukkan kepadanya kebaikan dan kejahatan.

Dari perkataan "Sabil" yang terdapat dalam ayat ini tergambar keinginan Allah terhadap manusia yakni membimbing manusia kepada hidayah-Nya sebab Sabil lebih tepat diartikan sebagai petunjuk" dari pada jalan. Hidayah itu berupa dalil-dalil keesaan Allah dan kebangkitan Rasul yang disebutkan dalam kitab suci.

Sabil (hidayah) itu dapat ditangkap dengan pendengaran, penglihatan dan pikiran. Tuhan hendak menunjukkan kepada manusia bukti-bukti kewujudan Nya melalui penglihatan terhadap diri (ciptaan) manusia sendiri dan melalui penglihatan terhadap alam semesta, sehingga pikirannya merasa puas untuk mengimani-Nya.

Akan tetapi memang sudah merupakan kenyataan bahwa terhadap pemberian Allah itu, sebagian manusia ada yang bersyukur tetapi ada pula yang ingkar (kafir). Tegasnya ada yang menjadi mukmin yang berbahagia, ada pula yang kafir. Dengan sabil itu pula manusia bebas menentukan pilihannya antara dua alternatif yang tersedia itu.

Pada ayat lain disebutkan:
الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا وهو العزيز الغفور
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
(QS. Al Mulk [67]:2)

ولنبلونكم حتى نعلم المجاهدين منكم والصابرين ونبلوا أخباركم
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.
(QS. Muhammad [47]:31)

Bahwa manusia diciptakan atas fitrah, dan hidayahnya yang terlebih dahulu diterimanya baru kemudian godaan untuk mengingkari Allah,

disebutkan dalam suatu ayat:
فطرت الله التي فطر الناس عليها
(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
(QS. Ar Ruum [30]:30)

Dalam suatu hadis disebutkan:
ما من خارج يخرج إلا ببابه رايتان: راية بيد ملك وراية بيد شيطان فإن خرج لما يحب الله اتبعه الملك برايته فلم يزل تحت راية الملك حتى يرجع إلى بيته وإن خرج لما يسخط الله اتبعه الشيطان برايته فلم يزل تحت راية الشيطان حتى يرجع إلى بيته
"Tiada seorang pun yang keluar (rumah), kecuali di pintunya ada dua bendera: Bendera (yang satu) di tangan malaikat dan bendera (yang lain) di tangan setan. Jika seseorang keluar karena mengharapkan apa yang dicintai/disenangi Allah, niscaya ia diikuti oleh malaikat dengan benderanya. Ia senantiasa berada di bawah bendera malaikat sampai ia kembali ke rumahnya. Dan jika seseorang keluar karena mencari apa yang dimurkai Allah, niscaya ia diikuti oleh setan dengan benderanya. Ia senantiasa berada di bawah bendera setan sampai ia kembali ke rumahnya".

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan petunjuk) maksudnya, Kami telah menjelaskan kepadanya jalan hidayah dengan mengutus rasul-rasul kepada manusia (ada yang bersyukur) yaitu menjadi orang mukmin (dan ada pula yang kafir) kedua lafal ini, yakni Syaakiran dan Kafuuran merupakan Haal dari Maf`ul; yakni Kami telah menjelaskan jalan hidayah kepadanya, baik sewaktu ia dalam keadaan bersyukur atau pun sewaktu ia kafir sesuai dengan kepastian Kami. Lafal Immaa di sini menunjukkan rincian tentang keadaan.
««•»»
Verily We have guided him to the way, We have pointed out to him the path of guidance by sending messengers [to mankind], whether he be grateful, that is to say, [whether he be] a believer, or ungrateful (both [shākiran and kafūran] are circumstantial qualifiers referring to the direct object; in other words, We have pointed out to him in both presupposed states, whether his gratefulness or his unthankfulness; immā is used to list the ‘states’).
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 2][AYAT 4]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
3of31
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=76&tAyahNo=3&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#76:3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar